Hari ini aku bakal share pengalaman di tanah rantau. Jauh
dari keluarga bukan suatu yang mudah untuk dihadapi. Gak terasa 6 tahun lamanya
aku sudah hidup ditanah rantau. Selepas SMA di SMAN 1 Kabanjahe aku dinyatain
lulus di HI UNHAS angkatan 2009. Ini adalah pertama kalinya aku pergi
meninggalkan kapung halaman untuk perjalanan yang jauh. Ketakutan adalah hal
terbesar yang kuhadapi kala itu. Mamak yang aku tinggal dalam keadaan bergumul
dengan ca. cervix, adek yang masih kecil, tuntutan keluarga kepadaku yang anak
sulung serta tempat baru yang jauh dari sumatera dan banyak hal lainnya membuat
aku setengah hati berangkat ke Makassar.
Bermodal nomor yang aku dapatkan dari abang senior waktu SMA
dulu, akupun diantar bapak berangkat ke Makassar. No itu adalah no bg yang
marga perangin-angin yang dah berkeluarga dan kerja di Makassar. Meskipun bukan
saudara dekat, bang itu baik sekali samaku ma bapak. Dia antar kami ke UNHAS
tuk lakukan daftar ulang. Di UNHAS berkasku sempat ditolak karena aku bawa SKHU
bukan ijazah asli berhubung ijazah asli belum keluar di sumatera tetapi dah
keluar di Sulawesi. Akhirnya aku disuruh pergi ke kantor rektorat untuk
konfirmasi ke petugas dsana. Setelah proses yang cukup melelahkan akhirnya aku
diijinin untuk daftar menggunakan SKHU, makasih tuk petugas tata usaha dan
kepala sekolahku di SMA kemarin.
5 hari setelah ngantar aku ke Makassar, bapak harus pulang. Aku
akhirnya tinggal di rumah bg perangin-angin sebelum pindah ke workshop UNHAS. Sepulang
kk yg br Ginting dan Purba, kai pun sama2 cari kos di workshop. Disinilah kehidupan
4 tahun ambil gelar sarjana kutempuh. Aku mengenal lebih banyak orang dari suku
berbeda, latar belakang dan agama berbeda, dan harus tahan selera terhadap
banyak hal karena harus menghemat uang belanja. Disini juga tempat pertama aku
mendengar kepergian mamak untuk selamanya. Semuanya aku alami di tanah rantau. Disini
aku ditempa untuk lebih dewasa, mandiri, tidak cengeng, dan tahu rasa sakit
untuk bangkit.
Disaat teman2ku gak ada masalah dari segi finansial dan
kasih saying mamak yang aku lakukan malah sebaliknya. tapi aku bersyukur masih
banyak temanku yang tetap ada disisiku dalam keadaan apa pun aku disaat jauh
dari keluarga. Itulah kehidupan tanah rantau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar