Senin, 26 Januari 2015

Aku Di Tanah Rantau

Hari ini aku bakal share pengalaman di tanah rantau. Jauh dari keluarga bukan suatu yang mudah untuk dihadapi. Gak terasa 6 tahun lamanya aku sudah hidup ditanah rantau. Selepas SMA di SMAN 1 Kabanjahe aku dinyatain lulus di HI UNHAS angkatan 2009. Ini adalah pertama kalinya aku pergi meninggalkan kapung halaman untuk perjalanan yang jauh. Ketakutan adalah hal terbesar yang kuhadapi kala itu. Mamak yang aku tinggal dalam keadaan bergumul dengan ca. cervix, adek yang masih kecil, tuntutan keluarga kepadaku yang anak sulung serta tempat baru yang jauh dari sumatera dan banyak hal lainnya membuat aku setengah hati berangkat ke Makassar. 

Bermodal nomor yang aku dapatkan dari abang senior waktu SMA dulu, akupun diantar bapak berangkat ke Makassar. No itu adalah no bg yang marga perangin-angin yang dah berkeluarga dan kerja di Makassar. Meskipun bukan saudara dekat, bang itu baik sekali samaku ma bapak. Dia antar kami ke UNHAS tuk lakukan daftar ulang. Di UNHAS berkasku sempat ditolak karena aku bawa SKHU bukan ijazah asli berhubung ijazah asli belum keluar di sumatera tetapi dah keluar di Sulawesi. Akhirnya aku disuruh pergi ke kantor rektorat untuk konfirmasi ke petugas dsana. Setelah proses yang cukup melelahkan akhirnya aku diijinin untuk daftar menggunakan SKHU, makasih tuk petugas tata usaha dan kepala sekolahku di SMA kemarin.

5 hari setelah ngantar aku ke Makassar, bapak harus pulang. Aku akhirnya tinggal di rumah bg perangin-angin sebelum pindah ke workshop UNHAS. Sepulang kk yg br Ginting dan Purba, kai pun sama2 cari kos di workshop. Disinilah kehidupan 4 tahun ambil gelar sarjana kutempuh. Aku mengenal lebih banyak orang dari suku berbeda, latar belakang dan agama berbeda, dan harus tahan selera terhadap banyak hal karena harus menghemat uang belanja. Disini juga tempat pertama aku mendengar kepergian mamak untuk selamanya. Semuanya aku alami di tanah rantau. Disini aku ditempa untuk lebih dewasa, mandiri, tidak cengeng, dan tahu rasa sakit untuk bangkit.

Disaat teman2ku gak ada masalah dari segi finansial dan kasih saying mamak yang aku lakukan malah sebaliknya. tapi aku bersyukur masih banyak temanku yang tetap ada disisiku dalam keadaan apa pun aku disaat jauh dari keluarga. Itulah kehidupan tanah rantau.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar